Siapa yang tak kenal Taman
Harmoni, Keputih, Surabaya? Taman yang yang konon digadang-gadang sebagai taman
terbesar se Asia Tenggara ini dulunya merupakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
sampah.
Taman yang berada di Jalan
Keputih Tegal Timur, tepatnya berdampingan dengan Terminal Keputih ini menghadirkan
berbagai macam bunga, salah satunya bunga tabebaya (sakuranya Surabaya), taman
tersebut kini lebih dikenal dengan sebutan Taman Sakura.
Meski sekarang nampak begitu
indah, 12 tahun lalu area tersebut merupakan TPA sampah terbesar di Surabaya. Dimana
saat itu, Walikota Surabaya, Tri Rismaharini yang saat itu masih menjabat sebagai Kepala Dinas Kebersihan
dan Pertamanan (DKP) sekarang DKRTH berusaha menyulap kawasan eks TPA tersebut
untuk menjadi taman. Karena berdasarkan
penelitian tanah di bekas pembuangan sampah itu mempunyai kandungan gas metan
yang cukup tinggi, maka Tri Rismaharini menanaminya dengan tanaman bambu.
Lalu saat Risma awal-awal
menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, ada penelitian dari Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) yang menyatakan tanah tersebut sudah tidak mengandung
gas metan lagi. Kondisi tanah dinilai sudah stabil. Maka, Risma pun menanaminya
dengan beragam tumbuhan di lahan tersebut.
Taman Harmoni berbeda dengan
Taman Bungkul atau Taman Apsari. Taman
Harmoni Keputih mengoleksi banyak jenis bunga, seperti matahari, jakaranda,
pagoda, tabebaya, bungur, dan bunga-bunga lainnya yang justru dengan
keberagaman jenisnya semakin menambah keindahannya.
Seiring dengan
perkembangannya, Taman Harmoni pun kini menjadi destinasi wisata kota Surabaya
yang setiap hari tak pernah sepi dikunjungi para wisatawan baik domestik maupun
mancanegara. Pengunjung yang hanya untuk sekedar melepas lelah, hingga keperluan
studi wisata.
Selaras dengan keaneragaman
jenis bunga yang ada di taman seluas 60 hektar tersebut, para pengunjung yang
berbeda negara, kulit dan bahasa pun terlihat asyik bercengkarama dan menikmati
keindahan taman harmoni.
Tak jarang, dari pengunjung
lokal tampak senang dan berebut foto saat melihat ada wisatawan asing yang
datang. Melihat keakraban warga Surabaya, para turis yang berkunjung pun juga
tak segan meladeni warga yang ingin berswafoto. Tidak hanya sekedar foto
bersama, bahkan hingga bertukar nomor telefon dan saling bertukar budaya.
Selain menyuguhkan tanaman
yang beraneka jenis, pemerintah Kota Surabaya melalui dinas terkait juga rutin
menghadirkan berbagai kelompok kesenian musik untuk menghibur pengunjung. Mulai
kelompok musik jalanan, campur sari, hingga kesenian jaranan. Biasanya, suguhan
kesenian ini ada setiap hari Minggu pertama awal bulan.
Tujuannya tak lain adalah
untuk melestarikan dan menunjukkan keberagaman seni dan budaya lokal yang
ada di Indonesia, khususnya kota Surabaya. Saat musik terdengar, para
pengunjungpun dibuat larut dan tak sedikit yang turut bergoyang dan beryanyi
bersama.
Di taman ini juga tersedia
berbagai fasilitas seperti musholla dan kamar mandi. Juga ada area bermain anak
dengan beragam wahana seperti ayunan, seluncuran, jungkat-jungkit, dan lain
sebagainya.
Saat adzan berkumandang, para
pemain musik pun seketika berhenti sebagai bentuk penghormatan saat azan
terdengar. Inilah bentuk toleransi antar suku, agama, ras, bahasa maupun negara
di Taman Harmoni yang hampir setiap hari terjadi.
Hadirnya Taman Harmoni di
Kota Surabaya, tak hanya diharapkan mampu menciptakan kesejukan dan keindahan.
Lebih dari itu, Walikota Surabaya juga berharap agar mampu memberikan keteduhan
sosial bagi siapapun yang berkunjung di taman terbesar di Kota Surabaya ini.
Tanpa melihat apa agamanya, sukunya, bahasanya maupun negaranya. Karena dengan bersatu
dalam perbedaan, Surabaya akan tetap menjadi kota yang aman dan nyaman
bagi siapa saja yang datang.
Ditulis
oleh Moch. Sholeh (KIM MESEM)