KIM Diharap Mampu Menjadi Jembatan Kerukunan





Selain menjadi kota terbesar kedua setelah Jakarta, Surabaya juga berjuluk sebagai kota pendidikan, dimana banyak universitas tersebar di kota pahlawan ini. Sebut saja ITS, Unair, Unesa, Ubaya, Uinsa, Ubhara, UPN dan masih banyak kampus lainnya. Kehadiran kampus-kampus ternama ini otomatis menjadi tujuan para pelajar dari berbagai suku, agama dan ras untuk menempuh pendidikan di kota ini.

Secara administratif, Surabaya dibagi menjadi 154 kelurahan dan 31 kecamatan (yang terbagi ke dalam 5 wilayah) dengan jumlah penduduk mencapai 2,9 juta orang pada malam hari dan mencapai 5,6 juta orang pada siang hari karena banyak orang yang datang dari kota-kota tetangga yang bekerja dan menempuh pendidikan di Surabaya.

Surabaya merupakan kota multi etnis yang kaya budaya. Keberagaman etnis ada di Surabaya, seperti etnis Cina, Arab, Melayu dan Eropa. Etnis pribumi pun banyak dijumpai, seperti Madura, Sunda, Batak, Kalimantan, Papua, Bali, Sulawesi yang membaur dengan penduduk asli Surabaya membentuk pluralisme budaya yang selanjutnya menjadi ciri khas kota Surabaya.

Seiring dengan majemuknya penduduk Surabaya tersebut, jika tidak dijaga dengan sikap toleran dan rasa menghormati, menghargai dan memahami satu sama lain maka perbedaan tersebut akan mudah menjadi perpecahan.

Dalam hal inilah diperlukan peran serta warga Surabaya telebih lagi peran Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) dalam menjaga pluralisme yang telah menjadi bagian didalamnya. Lebih lanjut, merajut keberagaman etnis dan budaya menjadi bangsa yang bersatu membutuhkan berbagai upaya serius, simultan dan berkelanjutan.

Informasi dan berita yang belum tentu kebenarannya atau berita bohong (baca: Hoax) pun menjadi salah satu faktor perpecahan jika tidak ada yang menangkalnya.
Sesuai dengan peran dan fungsinya, KIM sebagai mitra pemerintah diharapkan mampu menangkal dan memfilter berita-berita yang berbau hoax, diskriminatif, provokatif maupun rasisme tersebut. Caranya adalah dengan melakukan cek dan ricek serta  klarifikasi atas kebenaran informasi melalui media sosial yang dimiliki.

Seperti halnya yang dikampanyekan beberapa KIM yang ada di Surabaya, KIM MOJO mengusung tagline Saring Sebelum Sharing, KIMMESEM dengan jargonnya Unduh Yang Sehat Unggah Yang Bermanfaat dan terlebih lagi yang dilakukan oleh Dinkominfo Kota Surabaya melalui media Sapa Warga dalam mengkampanyekan ‘Stop Hoax’.

Selain itu, sebagai kelompok informasi yang paling dekat dengan masyarakat, KIM diharapkan mampu menjadi jembatan kerukunan dan menumbuhkan sikap toleransi di masyarakat.  Misalkan dengan membuat aksi sosialisasi maupun kampanye dengan melibatkan mahasiswa luar jawa dan mengangkat potensi budayanya. Selain dapat mempererat hubungan antar suku, hal ini juga akan memunculkan akulturasi budaya yang akan menambah khazanah budaya di Surabaya sehingga tercapailah yang namanya ‘bersatu dalam perbedaan’. 

Karena diakui atau tidak, dibalik keragaman warga Surabaya, peran KIM sangat dibutuhkan salah satunya menetralisasi informasi hoax, sehingga tidak ada isu yang simpang siur bahkan membuat resah masyarakat. KIM dapat membantu mewujudkan masyarakat menjadi lebih inovatif dalam meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat melalui pendayagunaan informasi dan terciptanya komunikasi dua arah timbal balik antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka mewujudkan masyarakat informasi yang madani.
Perbedaan akan menjadi lebih indah bila disikapi dengan bijak. Keberagaman akan membahagiakan bila dipahami dengan tepat. Saatnya KIM berbaur dalam keberagaman untuk Surabaya yang lebih baik lagi.

#keberagaman
#keberagamanmasyarakat

Ditulis oleh : Machfudz Hidayat (Ketua KIM Mesem)


Crew kimmesem saat menari bersama mahasiswa Papua

http://surabaya.go.id
https://id-id.facebook.com/sapawargakotasurabaya
https://twitter.com/SapawargaSby
https://www.instagram.com/sapawargasby