Ubah Minyak Jelantah Jadi Sabun

Crew Kimmesem memperagakan proses pembuatan sabun dari jelantah


Kimmesem - Minyak jelantah biasanya dibuang karena merupakan sampah rumah tangga. Namun, di tangan-tangan kreatif warga RW 02 Medokan Semampir, Kecamatan Sukolilo, minyak jelantah menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomis. Jelantah diubah menjadi sabun cuci.

Sejak Oktober 2018 lalu, warga RW 02 Medokan Semampir mulai berinovasi untuk mengembangkan minyak jelantah menjadi sabun cuci. “Ide ini muncul untuk mengatasi limbah jelantah yang selama ini tidak teratasi secara baik,” kata Wakil Ketua RW 02 Medokan Semampir Mahfudz Hidayat.

Mahfudz mengungkapkan, dulunya warga kampung ini kerap membuang minyak jelantah ke selokan. Lama-kelamaan jelantah yang tidak bisa menyatu dengan air ini mencemari lingkungan. “Sehingga kami mencari ide bagaimana cara mengolah kembali jelantah, agar bisa dimanfaatkan kembali dan tidak membahayakan lingkungan. Akhirnya dengan dibantu mahasiswa Ners Unair yang melakukan pengabdian masyarakat di kampung ini, tercetuslah ide untuk membuat sabun,” jelasnya.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Machfudz melanjutkan, ia bersama warganya mulai mengumpulkan jelantah dari rumah ke rumah. Alhasil sabun tersebut diberi nama Jelita yang diambil dari kata jelantah kita. “Cara membuatnya gampang, kok,” tegasnya.
Mahfudz menjelaskan, pertama-tama jelantah dicampur dengan jahe untuk menghilangkan bau. Lalu disaring tiga kali hingga bersih. Setelah itu, jelantah dimasukkan ke dalam ember berisi soda api, yang sebelumnya telah dicampur dengan daun pandan. Kemudia dicetak dengan cetakan yang motifnya beragam.

 “Hasilnya sangat mengejutkan, lho. Dari sisi bentuk, lumayan baguskarena dicetak dengan aneka motif. Secara fungsi, juga sangat bermanfaat untuk mencuci tangan maupun pakaian,” promosinya.

Menurutnya, sementara ini jelantah ini digunakan untuk sabun cuci tangan dan pakaian saja. Saat ini warga juga sedang mengembangkan untuk membuat pengharum ruangan dari jelantah. “Untuk sabun saat ini kami jual seharga Rp 1.500 per biji. Selain dijual ke warga sekitar, dengan bantuan KIMMESEM sebagai media promosi juga dipasarkan ke luar kota,” katanya. “Kami berharap kepada dinas terkait untuk membantu meneliti perihal higienitas dan keamanan pemakaian dari sabun tersebut,” pungkasnya. (fud/foto:fud).. (fud/foto:fud)