Ketua kimmesem, Machfudz saat menjelaskan pembuatan sabun kepada para siswa |
Kimmesem - Minyak jelantah merupakan limbah rumah tangga
yang berbahaya. Dibuang ke tanah akan merusak kandungan tanah, dibuang ke air
pun juga akan merusak biota air. Oleh karena itu, pada Jumat pagi (30/8/2019) Kelompok
Informasi Masyarakat Medokan Semampir (KIMMESEM), mengajak para pelajar SMPN 30
untuk mengubah dan mengolah limbah jelantah menjadi sabun yang diberi nama
Jelita (Jelantah Kita). Tak kurang dari 600 siswa pun berkumpul di lapangan
sekolah untuk mengikuti demo pembuatan sabun jelita ini.
Menurut M.Sholeh, dirinya
bersama anggota kimmesem sengaja memberikan sosialisasi kepada para siswa
dengan tujuan agar para siswa mengetahui bahaya dari minyak jelantah apabila
dikonsumsi sehari-hari bagi kesehatan serta dapat memanfaatkan limbah minyak
jelantah menjadi produk sabun yang bernilai jual dan mampu membuka peluang
usaha. “ Karena pada dasarnya sifat dari jelantah itu tidak bisa menyatu dengan
iar dan bahaya bagi kesehatan dan lingkungan,” terangnya.
Dalam kesempatan itu, dirinya
bersama anggota kimmesem dengan jelas dan runtut mendemonstrasikan cara
pembuatan sabun. Yang pertama, bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun
antara lain soda api (NaOH), minyak jelantah, daun pandan dan cetakan untuk
membuat sabun yang didapatkan dengan cara yang mudah dan murah.
“Untuk pengharum dan pewarna
kita sengaja memakai daun pandan yang sudah di blender, karena daun pandan ini
aman digunakan,” jelas Rina, anggota kimmesem.
Lebih lanjut, Rina
menjelaskan jika pembuatan sabun diawali dengan mencampurkan larutan soda api
kedalam minyak jelantah sesuai takaran yang telah ditentukan, aduk sampai
homogen atau tercampur rata, kemudian masukkan perasan daun pandan secukupnya
sampai campuran berubah warna dan wangi. “Setelah campuran mengental, kemudian
cetak kedalam cetakan yang telah disiapkan, diamkan selama semalam agar reaksi safonifikasi berlangsung sempurna,”
tuturnya.
KIMMESEM TANDATANGANI MoU
KIMMESEM TANDATANGANI MoU
Para siswa pun terlihat
antusias menyimak pelatihan tersebut, dan tak sedikit yang mencoba sabun jelita
yang sudah jadi untuk cuci tangan.
Dr. R.A Sukmo Darmono,
Kepala SMPN 30 mengaku berterimakasih kepada kimmesem yang telah memberikan
edukasi kepada siswa terkait penanganan limbah jelantah. “Hal ini sesuai dengan
program adiwiyata yang kami miliki yaitu mengenai pengelolaan lingkungan hidup,”
ujarnya.
Bahkan, saat itu juga dirinya meminta kepada kimmesem untuk bersedia menandatangani MoU untuk mendukung program Adiwiyata di sekolah yang dipimpininya. "Tentunya kedepan, sinergi antara Kimmesem dan SMPN 30 tidak hanya berhenti disini saja. Kami berharap kimmesem bisa memberikan edukasi baik terkait pengelolaan lingkungan maupun penggunaan internet secara sehat," harap Sukmo.
Sementara, Ketua Kimmesem, Machfudz Hidayat mengatakan bahwa dirinya sangat bangga atas kepercayaan yang diberikan SMPN 30 kepada kelompok informasi yang dimilikinya. " Ini merupakan kepercayaan dan tugas berat bagi kami, mudah-mudahan sinergi ini dapat berjalan dengan baik dan tentunya pengalaman yang kami miliki bisa bermanfaat bagi masyarakat," ujarnya. (fud/foto: wan)
Bahkan, saat itu juga dirinya meminta kepada kimmesem untuk bersedia menandatangani MoU untuk mendukung program Adiwiyata di sekolah yang dipimpininya. "Tentunya kedepan, sinergi antara Kimmesem dan SMPN 30 tidak hanya berhenti disini saja. Kami berharap kimmesem bisa memberikan edukasi baik terkait pengelolaan lingkungan maupun penggunaan internet secara sehat," harap Sukmo.
Sementara, Ketua Kimmesem, Machfudz Hidayat mengatakan bahwa dirinya sangat bangga atas kepercayaan yang diberikan SMPN 30 kepada kelompok informasi yang dimilikinya. " Ini merupakan kepercayaan dan tugas berat bagi kami, mudah-mudahan sinergi ini dapat berjalan dengan baik dan tentunya pengalaman yang kami miliki bisa bermanfaat bagi masyarakat," ujarnya. (fud/foto: wan)