Warga Medokan Semampir, Surabaya mengusung identitas sebagai Kampung Wisata Lingkungan.




Sebutan ini dirasa cocok bagi RW 02 yang terdiri dari delapan RT Ini, karena tiap RT memiliki keunggulannya sendiri-sendiri.

“Kalau RT 1 itu ikonnya pemilihan sampah terbaik, jadi dari teknik memilahnya, lalu dari sampah juga bisa menghasilkan. Ada yang dibuat jadi kerajinan, ada yang ditimbang untuk dijual lagi seperti kardus dan kaleng,” kata Dodik Eko Setiawan, Ketua RW 02 Medokan Semampir, Rabu (14/11/2018).

Ada pula RT 02 yang terkenal sebagai kampung UKM dan sanitasi, RT 03 kampung sayur dan buah, sampai RT 04 yang mengunggulkan budidaya maggot, alias larva lalat.

Menurut Rina, larva lalat memiliki beberapa manfaat, di antaranya sebagai pakan ternak, memakan habis sampah organik, dan airnya dijadikan pupuk.

Awalnya, sampah-sampah organik warga dikumpulkan, dimasukkan ke dalam komposter, dan didiamkan selama delapan hari.

Sampah tersebut diberi ekstrak campur dengan konsentrat khusus, yang bisa memanggil lalat tentara.

“Lalat tentara itu tidak mau anaknya kekurangan makanan, makanya sampah benar-benar dihabiskan. Setelah itu, mereka akan bertelur di pinggir-pinggir komposter,” jelasnya.

Perempuan dua anak tersebut juga memanfaatkan cairan sisa lalat tentara tersebut, sebagai pupuk organik yang diberi nama Pesona Pupuk Cair.

“Tanaman yang sudah jelek setelah disemprot pupuk tersebut jadi bagus lagi. Buah, sayur dan padi juga bisa tumbuh baik menggunakan pupuk ini, sudah kami buktikan,” ungkapnya.

Namun, Rina menyayangkan kampungnya yang kekurangan lahan, sehingga mereka tidak bisa memproduksi larva secara besar.

Produksi kampung yang menjadi unggulan lainnya, adalah tanaman toga dan sayur.

Daun wungu, belimbing wuluh, jahe, kunyit, temulawak, dan lain-lain masuk dalam jenis-jenis tanaman toga yang mereka miliki.

Sedangkan sawi, kangkung, cabai, tomat, selada, dan lain sebagainya, merupakan hasil program urban farming.

Ketika ditanya harapan untuk Kampung Wisata Lingkungan, Rani mengaku keinginannya tak muluk-muluk.

“Kami hanya ingin menanamkan kedisiplinan pada warga untuk menjaga lingkungan. Membangun kampung memang bisa, tetapi menjaga kampung sampai nanti, itu susah. Kami ingin program penghijauan dan kebersihan ini terus berlanjut,” pungkasnya. (Del)