Liputan Khusus : Oleh Pujianto

KIM MESEM - Sehari setelah mendengar terjadinya gempa di Kabupaten Lombok Utara, NTB berkekuatan 7 Skala Richter (SR) pada hari Minggu (5/8), sekitar pukul 19.46 WITA, salah seorang Crew KIM MESEM yang bernama Pujianto (38) memutuskan berangkat ke Lombok untuk melakukan aksi kemanusiaan. 

Antok (panggilan akrabnya) yang berangkat bersama Tim Relawan Gerakan Peduli Kemanusiaan (Gerpik) Surabaya yang berangkat dengan dana pribadi ini memilih meninggalkan pekerjaan dan keluarga untuk sementara demi aksi yang mulia, membantu para korban gempa.

Seperti dilansir dari Liputan6.com, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyatakan, jumlah korban meninggal dunia akibat gempa Lombok terus bertambah. Data terakhir menyebutkan, korban jiwa mencapai 259 orang.
"Hingga 9 Agustus 2018 pukul 17.00 WIB (H+4), jumlah korban meninggal dunia akibat gempa 7 SR yang mengguncang NTB dan Bali adalah 259 orang," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Kamis (9/8/2018).

RUSAK PARAH
Antok sendiri yang saat ini sedang bertugas di Desa Santong Pansor Daya, Kecamatan Kayangan mengatakan bahwa Desa Santong merupakan salah satu desa yang mengalami kerusakan parah akibat gempa. "Banyak rumah, kantor dan gedung rusak akibat gempa," terangnya. Dirinya juga mengungkapkan bahwa data sementara BNPB NTB, di Kabupaten Lombok Utara seperti di Desa Gondang Kecamatan Gangga tercatat sebanyak 9 orang, Desa Sesait Kecamatan Kayangan sebanyak 5 orang, Desa Santong Pansor Daya Kecamatan Kayangan sebanyak 3 orang dan Desa Dangiang Kecamatan Kayangan,10 orang.

Antok menambahkan hingga saat ini Tim Relawan masih fokus melakukan assessement, evakuasi korban serta pendampingan terhadap korban di pengungsian di Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara. " Kami melakukan sinergi dengan sejumlah Tim Relawan,  seperti SDR  dan Volbek (Volunteer Bekasi) di lapangan," tambah fotografer KIM MESEM ini.

SINYAL SULIT

Antok juga mengatakan jika para tim relawan mengalami kendala sinyal, sehingga sulit untuk  dihubungi dan memberikan laporan.
“Hanya ada beberapa sinyal operator saja yang bisa diakses disini, itupun juga temporary," terangnya.

Lebih jauh Antok mengungkapkan bahwa Tim Relawan tidak hanya fokus bergerak di lapangan saja, proses penggalangan bantuan pun tetap dilakukan, beberapa bantuan seperti obat-obatan, pakaian hangat dan jaket telah siap untuk disalurka.

Hingga saat ini kebutuhan mendesak yang diperlukan oleh korban selain pakaian, selimut, air bersih dan logistik makanan adalah obat-obatan. Keberadaan para relawan di posko pengungsian pun sangat berarti bagi para pengungsi, tak sebagai penolong, namun juga sebagai sahabat dan pelipur lara, sebagai penguat jiwa ditengah ujian pasca gempa. (fud/foto: antok)