Sisi
pinggir lapangan di RT 03 RW 08 Medokan Semampir, Kecamatan Sukolilo, Surabaya
tampak asri dan hijau. Pasalnya, lapangan berukuran 20 x 20 meter persegi yang
dipakai untuk senam bagi para lansia setiap Sabtu dan Minggu, kini jadi kebun
hortikultura.
“Usai
melakukan senam, kami melihat para lansia tidak ada kegiatan lain. Kemudian
saya dan warga berpikir untuk membuat terobosan bercocok tanam di pinggir
lapangan agar aktivitas dan kreativitas mereka terus berkembang,” kata Ketua RT
Medokan Semampir Amari saat ditemui di kawasan Medokan Semampir, Selasa,
(10/4/2018).
Menurut
Amari, cara serta perabotan bercocok tanam yang dilakukan warga terlihat unik.
Sebab, bibit tanaman diletakkan di dalam potongan pipa PVC milik PDAM.
Menurutnya, bekas potongan pipa didapat dari salah satu rekanan PDAM yang
secara sukarela memberikan pipa kepada warga.
“Setelah
kami jelaskan maksud dan tujuan, pihaknya langsung menyerahkan potongan pipa
bekas tersebut kepada kami,” ujarnya.
Sedangkan
bibit tanaman, lanjut Amari, diperoleh dari Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka
Hijau (DKRTH) Surabaya. Lalu pupuk yang berasal dari tinja dan kompos didapat
dari keputih. “Semuanya diperoleh secara gratis,” imbuh pria kelahiran Surabaya
ini.
Awalnya,
Amari mengira ide bercocok tanam di daerahnya akan tumbuh seperti di
daerah-daerah lainnya. Namun, tak disangka, proses bercokok tanam yang baru
berjalan sebulan itu, tumbuh dengan pesat.
Hal
ini, kata dia, dipengaruhi beberapa faktor di antaranya, volume kompos yang
tinggi dan kondisi tanah yang gembur serta pipa paralon yang digunakan dianggap
cocok untuk menanam bibit tanaman seperti lombok, tomat dan terong.
“Jadi
saya melihat tanah disini subur lalu bentuk pipa bagian dalam yang dingin dan
pada bagian bawah dibuat lubang kecil untuk sirkulasi agar air tidak banyak
keluar dan tidak cepat kering,” terang pria alumnus ITS tersebut.
Selain
lombok, tomat dan terong, pihaknya juga menaman anggur, markisa, pare. Terbaru,
ada eksperimen bernama tumpang sari yang mana di dalam satu pipa terdapat lima
jenis tanaman.
“Ini
masih kita coba dan akan terus kita kembangkan agar ke depan warga bisa
berkebun di tengah kota,” imbuhnya.
Ditanya
apakah hasil buah yang telah diberdayakan nantinya akan diperjualbelikan di
pasar, Amari mengaku belum berpikir sejauh itu. Pasalnya, tujuan utama bercocok
tanam ini sebagai sarana pendidikan bagi anak anak dan mengisi aktivitas para
lansia.
“Untuk
sementara biarkan warga, anak anak dan lansia menikmati hasilnya, nanti kalau
ada pemikiran semacam itu tidak apa-apa. Hitung-hitung meningkatkan roda
perekonomian warga,” tegas pria berumur 56 tahun.
Selain
bercocok tanam untuk para lansia dan warga sekitar, manfaat lain yang ingin
dicapai adalah mengajak anak anak sekolah mulai PAUD dan SD untuk outbond
tentang cara belajar bercocok tanam.
“Jadi
tidak perlu jauh jauh ke luar kota, cukup di wilayahnya sendiri mereka sudah
dapat menimba ilmu dan mengurangi biaya,” tutur Amari. (wh)
Dikatakan
Amari, pemberdayaan ini memiliki ilmu yang mampu menginsiprasi warga lain
dengan cara memanfaatkan limbah sampah, tinja dan lahan sebagai bahan untuk
mempertahankan diri sekaligus meningkatkan ekonomi melalui sektor wisata.
Agar
ide kebun hortikultura semakin berkembang, dirinya mendapat tawaran dari
kecamatan dan DKP untuk mengadakan pelatihan bagi warga yang ingin mengemban
ilmu di bidang pertanaman. “Selama ini kan hanya mbah naripin (orang yang
merawat) kebun, kalau dia dibekali dengan ilmu bercocok tanam akan semakin
lebih baik,” tandas Amari.
Hingga
saat ini, jumlah pipa yang terpasang sebanyak 60 buah. Dia berharap, ada warga
atau rekanan yang memiliki pipa tidak terpakai agar disumbangkan ke warga
Semampir. “Kami sangat senang jika ada yang menyumbang pipa ukuran besar
kecil,” ungkapnya.
Ke
depan, Amari akan mengembangkan ide
kebun hortikultura sebagai wisata antara lain, cat warna dari pipa PDAM yang dibuat sebagai pot
sehingga terbebas dari serangan hama tikus dan ayam serta dibuat pagar
pembatas. Rumah-rumah dibelakang lapangan akan dipasang paving lalu dicat.
“Semua
ini dilakukan untuk mempercantik area kebun agar terlihat asri dan nyaman bagi
warga yang ingin berkunjung,” urai pria yang bekerja di dunia engineering itu.
(wh)