KIM MESEM- Sejumlah nelayan pada Minggu (22/5)
malam dikejutkan dengan penemuan lumba-lumba yang tersangkut di jaring nelayan saat mencari ikan. Hewan mamalia yang mempunyai panjang 1.5 meter tersebut diduga terpisah dari kawanannya. Menurut Hafidin (35), salah seorang nelayan mengatakan bahwa awalnya dirinya dan sejumlah nelayan lainnya pada Minggu petang berniat mengangkat jaring yang dipasang sekitar satu mil dari bibir pantai.

Namun, kata dia, saat didekati para nelayan terkejut karena melihat seekor ikan berukuran besar tersangkut dijaring yang ternyata adalah hewan mamalia sahabat manusia yakni lumba-lumba. Hafidin pun meminta bantuan pada nelayan lainnya untuk menolong sang mamalia tersebut. Namun, saat para nelayan berusaha menolong, diketahui kondisi lumba-lumba tersebut terluka dan dalam kondisi lemah. "Kami berniat menolong dan mendorongnya ke tengah laut, tapi tidak bisa karena ikan kondisinya terluka dan kondisinya melemah," ucapnya.

Khawatir akan keselamatan mamalia berjenis hidung botol yang dilindungi ini semakin parah, para nelayan pun membawa lumba-lumba ke Pantai Nambangan dan menghubungi pihak terkait. Sekira pukul 23.30 WIB, tim dokter dari Kebun Binatang Surabaya (KBS) tiba di lokasi dan melakukan penanganan. "Kami memberi suntikan vitamin dan antibiotik agar ikan kondisinya tidak semakin lemas," kata Pjs Direktur Utama KBS Aschta Nita Boestani Tajudin.

Nita (panggilan akrabnya) menambahkan biasanya lumba-lumba hidup berkelompok. Namun ada satu ekor yang terpisah dengan grupnya, sehingga sampai ke Selat Madura. Menurutnya, meski terdapat luka-luka di bagian kulit luar ikan yang diduga karena tergores karang, hal itu masih bisa segera dipulihkan. "Yang membuat kami khawatir adalah tingkat stres pada ikan, karena situasinya sekarang. Kami upayakan sesegera mungkin melakukan tindakan penyelamatan, dan menghindarkan dari keramaian agar ikan tidak semakin stres," katanya.

Sementara itu, Penyuluh Perikanan asal Dinas Pertanian Kota Surabaya Maftuhin mengaku, peristiwa terdamparnya lumba-lumba baru kali ini terjadi di Pantai Kenjeran, khususnya dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
"Sebelumnya, tidak pernah ada lumba-lumba yang terdampar. Karena biasanya yang ada ikan hiu tutul. Dan itu seringkali di musim tertentu. Penyebabnya sama, mereka terpisah dari kelompoknya," terangnya, Senin (23/5).
Tak hanya dari tim dokter KBS, tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jatim dan tim Jakarta Animalaids pun turut melakukan evakuasi sekaligus mencari jalan keluar agar lumba-lumba bisa kembali ke habitatnya.
Setelah melakukan pemeriksaan dan perawatan, tim dibantu sejumlah warga pun melepaskan lumba-lumba tersebut ke habitatnya. (fud/foto:zaq)