Jika kebanyakan anak usia SD menghabiskan sebagian banyak waktunya untuk bermain. Lain halnya dengan Rana Kamilia (12). Karena kegemarannya membaca, gadis cilik ini mendirikan perpustakaan sederhana di rumahnya. Bagaimanakah kisahnya? Berikut liputannya.

POJOK MESEM- Cerdas, komunikatif dan ramah itulah yang tercermin pada sosok gadis cilik Rana Kamilia atau yang kerap dipanggil Lia. Anak ketiga dari empat bersaudara ini memang tampak berbeda dengan anak pada umumnya. Jika kebanyakan anak-anak sebayanya lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain, tidak halnya dengan Lia. Gadis cilik kelahiran 12 Juli 2004 silam ini sehari-hari terlihat lebih banyak meluangkan waktu senggangnya dengan membaca. Iya, sejak setahun yang lalu putri dari ketua RW 02 Medokan Semampir ini memang mempunyai kesibukan tersendiri selepas pulang sekolah.

DIRIKAN PERPUSTAKAAN
Karena kegemarannya membaca dan ingin tahu banyak hal, Lia mendirikan sebuah taman baca di rumahnya atas inisiatifnya sendiri. Perpustakaan mini inipun ia beri nama Pojok Baca “Cahaya Ilmu”. Usahanya mendirikan taman bacaan ini pun disambut baik oleh anak-anak disekitar rumahnya. Sejumlah anak-anakpun terlihat memanfaatkan taman baca yang ada di rumah gadis cilik kelas 6 SD Luqman Al Hakim ini. “ Alhamdulillah, temen-temen banyak yang ikut baca dan pinjam buku disini,” terang Lia.

Bagi para pengunjung yang memanfaatkan taman bacanya, Lia tidak mematok tarif atau biaya. Namun, untuk para pengunjung yang ingin menyumbang, Lia menyediakan kotak koin yang hasilnya ia gunakan untuk membeli koleksi buku lagi. “ Kalau ada yang ngasih sumbangan, ya saya belikan buku lagi. Karena buku-buku disini masih sedikit,” ungkapnya.

JUAL ES DAN KUE DI SEKOLAH
Tak hanya mempunyai minat baca yang tinggi, Lia pun juga memiliki jiwa wirausaha yang besar. Suwandi, sang ayah pun menceritakan jiwa enterpreuner yang dimiliki putrinya tercermin sejak kelas IV SD. Sejak itu putrinya mempunyai inisiatif untuk berjualan es dan kue di sekolahnya. “ Sejatinya bukan karena uang saku yang kami berikan tidak cukup, akan tetapi Lia ini memang ingin mandiri,” terang Suwandi.

Awalnya Suwandi khawatir jika kemauan putrinya berjualan ini mengganggu aktivitas belajarnya. Akan tetapi setelah beberapa waktu ia memantau, kebiasaan berjualan anaknya tersebut tidak mengganggu aktivitas belajarnya, malah membawa dampak yang positif bagi putrinya. “Alhamdulillah, dia semakin disiplin, mandiri dan dia semakin bisa mengatur waktunya sehari-hari,” tambah Suwandi.

Tak hanya pandai dan mandiri, Lia pun peka terhadap hal yang terjadi lingkungannya. Hal ini terbukti pada Juli 2014 yang lalu, gadis cilik berhijab ini memberanikan diri menulis surat kepada Walikota Surabaya Tri Rismaharini akan keluh kesahnya terhadap lingkungannya. Risma pun membalas surat gadis cilik tersebut pada tanggal 12 Agustus 2014. Dan balasan dari orang nomor satu di Surabaya itulah  membuat semangat kader lingkungan cilik tersebut semakin bertambah untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi lingkungannya. (fud/foto: fud)