KIMMESEM-Tidak
hanya menyerang orang dewasa saja, TBC juga bisa menyerang balita atau
anak-anak. Salah satu penularannya
melalui udara yang mengandung kuman TBC. Beberapa gejala awalnya adalah si
kecil gampang jatuh sakit, batuk terus-terusan, atau berat badan turun tanpa
sebab. Lantas, bagaimana mengatasinya?
Di
Indonesia, penyakit TBC memang masih menjadi momok. Maklum saja, karena negara
kita tercinta ini termasuk daerah endemis TBC.
Anak kurus, susah/tidak mau makan, berat badan sulit naik atau malah
tidak naik-naik, acapkali dicurigai mengidap TBC.
Menurut
dr Sasongko Sp.A dari RSU Haji Surabaya
Penyakit TB ini disebabkan basil tuberculosis yang disebut Mycobacterium
tuberculosis. Umumnya TB menyerang paru-paru, sehingga disebut dengan Pulmonary
TB. “TB, terutama pada anak merupakan
penyakit yang didapat atau ditularkan dari orang dewasa,” jelasnya.
GEJALA
TBC
Lebih
jauh, Sasongko mengungkapkan jika gejala utama adanya TB pada anak yang harus
dicurigai adalah panas badan atau demam yang berkepanjangan. Dan tidak juga
turun kendati sudah diobati oleh berbagai macam obat penurun panas.
“Misalnya,
satu bulan demam tinggi dan adakalanya tak terlalu tinggi. Biasanya suhu tubuh
berkisar antara 38-39 derajat celcius. Rata-rata stabil dengan suhu 38 derajat
celcius (subfebril),” terangnya.
Kemudian
nafsu makan anak akan berkurang, sehingga berat badan tak mau naik-naik kendati
sudah menkonsumsi makanan bergizi. Bahkan, berat badan cenderung turun. Anak
tampak kurus, lesu dan tak bergairah. Adakalanya dibarengi batuk. Tetapi,
tandas Sasongko batuk bukan merupakan gejala utama TB pada anak.
Masih
menurut Sasongko,umumnya TB pada orang dewasa (TB post primer) terlokalisir di
paru-paru. Hal ini disebabkan karena tubuh orang dewasa telah memiliki
kekebalan, sehingga basil TB yang masuk hanya terlokalisir di paru-paru saja.
“Sedangkan
yang terjadi pada anak-anak, selain di paru-paru, juga terdapat penyebaran ke
seluruh tubuh,” terang Sasongko, yang juga menjabat Wakil Direktur Penunjang
Medik RSU Haji Surabaya.
Hal ini terjadi karena belum ada kekebalan
alami dari tubuh, saat basil TB jenis primer masuk ke paru-paru.
“Akibatnya,
basil ini tidak tinggal diam di paru-paru saja. Tetapi akan menyebar melalui
saluran limpa ke kelenjar dan masuk ke aliran darah, kemudian menyebar ke
seluruh tubuh. Sehingga terkadang ditemui adanya TB tulang, TB hati dan limfa,
TB selaput otak atau meningitis,” ungkapnya.
PENULARAN
Yang
penting diketahui, lanjut Sasongko, penularan penyakit TB selalu melalui udara.
“Pertama kali masuk ke paru-paru, berkembang biak lalu masuk ke aliran darah
dan menyebar ke seluruh tubuh. Pada anak, lanjutnya, penyakit TB biasanya
ditularkan dari orang dewasa. Orang dewasa pengidap TB yang batuk akan
mengeluarkan basil tuberculosis. Sehingga partikel kecil-kecil (di bawah 10
micron) yang mengandung basil tersebut bisa beterbangan lama di udara. Dan
udara inilah yang terhirup oleh anak,” ulasnya.
Jadi,
bila di rumah atau di sekitar rumah terdapat pengidap TB, Sasongko menyarankan
agar orang tua harus waspada karena dikhawatirkan anaknya akan tertular.
Terlebih bila udara dalam rumah kurang, tak ada ventilasi dan kurangnya
sirkulasi udara, tak ada sinar matahari, di perumahan yang padat, karena
tempat-tempat seperti itu nyaman untuk hidup dan berkembangnya basil
tuberculosis.
CARA
MENGATASI
Lantas,
cara mengatasi TBC pada anak yang pertama adalah dengan membawanya ke dokter
dan memberikan obat pembunuh kuman TBC.
“Ini
disebut pengobatan masa I (3 bulan pertama). Di masa I ini diharapkan sebagian
besar kuman akan mati, jadi dipakai obat anti-TBC yang fungsinya membunuh
kuman. Ibarat perang, pasukan komandonya dulu yang terjun,” terang Sasongko.
Tahap
berikutnya adalah masa dimana kuman sudah masuk ke dalam kelenjar, sehingga
obat pembunuh kuman tidak mempan lagi, bahkan kalau diberikan malah berbahaya
karena bisa mengganggu fungsi liver.
“Pada
masa ini, diberikan obat-obatan yang fungsinya mengepung kuman yang ada di
dalam kelenjar. Kalau kuman keluar, mati dia,” lanjutnya.
Proses
pengobatan berlangsung sekitar 6 bulan, dan terkadang ditambah 3 bulan
pengobatan untuk mencegah kekambuhan.
“Pengobatan
harus teratur, tidak boleh berhenti. Kalau distop, bisa jadi kumannya akan
muncul lagi dan resisten terhadap obat,” imbuh Sasongko.
Pengobatan
TBC anak memang berbeda dengan TBC dewasa. Pada orang dewasa, pengobatan 3
bulan bisa bersih kuman TBC-nya.
“Pada
anak tidak bisa, karena tidak bisa memberikan obat sekaligus banyak dalam
jangka waktu pendek. Akibatnya, pengobatan jadi agak lama. Orang tua harus
sabar dan tidak bosan. Yang juga harus dihindari adalah pemberian obat anti-TBC
tanpa diagnosis yang benar,” pungkasnya.(fud)