POJOK MESEM-Bakul Jamu keliling jarang ditemui di Kota Surabaya. Ada satu dua, itupun di kawasan tertentu saja.Painem adalah salah satunya. Dari segelintir bakul jamu yang masih eksis, dia memang cukup konsisten.
Perempuan 62 tahun asli Nganjuk itu berjualan jamu sejak 25 tahun lalu. Sehari-hari, mulai jam 7 pagi hingga 12.00 siang, ia berkeliling menjajakan jamu di kampung Medokan Semampir.
Jamu yang ia jual antara lain sinom, beras kencur, temulawak, dan jamu brotowali yang pahitnya minta ampun. 1 gelas/bungkus jamu ia hargai Rp 2000.
“Brotowali ini yang hitam warnanya mbak, puahit sekali. Tapi bisa meringankan capek-capek, menurunkan kadar gula dan kolestrol. Biasanya mahasiswa dan dosen suka yang ini malah,” terangnya sembari sibuk melayani pembeli.
Sehari ia mampu menjual hingga 15-25 botol jamu. Meski begitu, ia mengaku terkendala dengan harga bahan baku di pasar yang naik. “Lha harga bahan baku semacam kunyit, kunir, jahe di pasar malah naik. Tapi saya juga tidak bisa asal menaikkan harga jamu saya. Ya saya harap harga di pasar segera turun lah,” katanya. (fud)